Sekelumit Hal Menarik Mengenai Korea

sekelumit hal menarik mengenai korea 1

Upacara Ke 100 hari (bagi bayi)

Pada hari ke-seratus setelah seorang bayi dilahirkan, sebuah upacara diadakan. Alasan mengapa upacara diadakan mungkin karena bayi yang telah selamat melewati seratus hari pertama berkemungkinan besar akan terus bertahan hidup.

Kue dari beras yang telah disiapkan biasanya dibagikan kepada sanak keluarga dan para tetangga yang kadang-kadang memberi benang sebagai tanda panjang umur.

Hadiah yang diberikan pada upacara hari keseratus itu berupa pakaian anak-anak, cincin emas dan perlengkapan bayi lainnya. Jika seseorang diundang ke pesta upacara seratus hari, sudah merupakan adat bahwa yang bersangkutan harus membawa hadiah.

Kunghap (Adat istiadat dalam Pernikahan)

Jika orang tua merasa puas dengan calon menantunya, maka orang tua itu, terutama sekali dari pihak pengantin pria, pergi ke rumah juru ramal untuk menanyakan apakah kedua calon mempelai itu kelak akan menjadi pasangan yang baik menurut perhitungan mereka. Adat yang disebut Kunghap ini masih umum dijumpai dalam masyarakat. Perjodohan sepasang remaja biasanya diramal sesuai tahun, bulan, hari, tanggal dan jam lahir mereka guna mengetahui sejauh mana peluang pasangan itu untuk dapat meraih kebahagiaan, kekayaan dan keberhasilan hidup. Perhitungan ini berlandaskan pada falsafah China Kuna yang disebut ‘ohaeng’ (lima unsur).

Choi (Cara Menghormat dengan Membungkuk Orang Korea)

Cara membungkuk dalam memberi hormat orang Korea dapat digolongkan ke dalam tiga jenis; bungkukan ringan, bungkukan berat atau dalam, dan bungkukan tradisional. Bungkukan ringan biasanya dilakukan dalam pergaulan sehari-hari diantara kaum pria, wanita dan anak-anak di jalan, di rumah atau di sekolah. Bungkukan berat atau dalam jarang terlihat di kota-kota. Namun di daerah pinggiran, baik kaum pria maupun wanita, masih memberi hormat dengan cara membungkukkan badan yang lebih dalam atau lebih berat dari bungkukan pertama yang ringan. Jenis bungkukan yang ketiga adalah bungkukan tradisional (choi) yang kini sudah tak lazim lagi dilakukan orang dalam memberikan penghormatan. Tetapi dalam suasana tertentu, misalnya dalam menyambut tibanya tahun baru, dalam upacara peringatan terhadap para leluhur dan dalam upacara pernikahan, orang Korea membungkuk dengan gaya tradisional ini. Dalam melakukan penghormatan dengan jenis bungkukan yang ketiga ini, seorang laki-laki meletakkan telapak tangannya hingga rata pada permukaan lantai. Pada waktu dia membungkukkan badannya itu, posisi tangannya membentuk sebuah segi tiga, caranya, pertama-tama ia menempelkan lutut kirinya ke permukaan lantai kemudian menyusul lutut kanannya.

Kimchi (Hidangan berbumbu dari bahan sayur-sayuran)

Kimchi adalah hidangan yang sangat diperlukan orang Korea pada segala musim. Akibatnya para ibu rumah tangga Korea banyak menghabiskan waktu dan uang agar hidangan ini selalu tersedia setiap saat. Kimchi dibuat dengan banyak ragam, sesuai dengan peredaran musim. Pada musim panas, kimchi yolmu sangat disukai orang sedangkan pada musim gugur disajikan kimchi paech’u. Pada bulan November dan Desember yakni pada saat Kimjang atau persiapan untuk membuat kimchi sebagai persediaan untuk musim dingin dimulai. Setiap pasar tampak dipenuhi kubis dan lobak China yang menarik minat kaum ibu untuk membelinya.

Bulgogi (daging sapi berbumbu yang dipanggang pada bara)

Hidangan daging sapi panggang barangkali merupakan makanan yang paling lezat diantara hidangan formal makan malam. Hidangan ini adalah daging sapi yang diiris tipis-tipis dengan bumbu saus kacang, bawang putih, minyak wijen dan gula. Waktu menyuguhkan bulgogi sebuat pot terbuat dari tanah berisi bara api ditaruh di tengah-tengah meja. Kemudian, sebuah wajan bundar berlubang-lubang yang terbuat dari kuningan ditaruh di atas pot api itu sebagai tempat memanggang bulgogi.

Ondol (Lantai Rumah yang Hangat)

Lantai ondol terbuat dari lempengan granit atau batu besi yang diletakkan di atas pipa-pipa atau corong asap. Guna mengamankan ruangan dari asap dan agar permukaan lantai licin, batu-batu granit itu diplester dengan tanah lempung atau semen. Sedangkan kertas yang telah diulasi dengan minyak kacang ditempelkan untuk menyempurnakan ondol itu. Ondol ini dihangatkan dengan kayu bakar atau bongkahan arang. Ondol akan tetap panas selama beberapa jam setelah api padam.

error: Content is protected !!